Peluang Bisnis

Masih adakah tanggal 17 di Bulan Agustus???

Masih adakah tanggal 17 di Bulan Agustus???





Pada suatu pagi yang cerah di sebuah kota kecil lembah gunung selamet, embun seakan enggan beranjak pergi dari aktivitas peredaran udara. Lambaian sexy sang angin memaksa masuk via celah-celah terkecil lubang ventilasi, menggoda untuk tersadar dari buaian sang mimpi. Saat ku membuka mata dengan harapan – harapan kecil yang tengah menunggu di ujung sebuah kesuksesan, aku hanya dapat menggeliat laksana seekor cacing tengah terpanggang sinar mentari yang tak kenal henti menyinari bumi tercinta ini.
Aku tersadar dengan mata cembung dan tingkat kesadaran 10%. Seketika itu pula hiruk pikuk aktivitas duniawi mulai membahana memenuhi sebuah ruang kecil berukuran 3x3, dan seketika itu pula tanda sebuah peradaban besar abad 21 tengah berlangsung. Ku berdiri merenggangkan otot – otot lemas hingga menegang dan kuat menopang bobot 51kg ini. Sebagai tanda syukur atas nikmat sang pencipta, ku hirup udara dalam – dalam sedalam rasa syukurku atas nikmat sang pencipta.
Pagi itu adalah awal dari sebuah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa yang besar dan indah ini. Pagi itu adalah pagi tanggal 17 tepatnya hari 17 dibulan Agustus 2009. Tak lama kemudian pemandangan yang sudah menjadi rutinitas sebuah tanggal 17 Agustus di pemukiman orang – orang yang sarat dengan gaya hidup tingkat pendapatan standar pegawai negeri beranjak datang. Sang saka merah putih dengan gagah berkibar menantang angin dan panasnya mentari, umbul-umbul beraneka warna dan rupa berentetan merasa tak mau kalah untuk meramaikan sepanjang jalan. Lampu-lampu hias terangkai pada satu ikatan membentuk harmonisasi yang indah untuk dilihat. Lomba-lomba tengah dipersiapkan di sebuah tanah lapang cukup luas. Oh betapa semaraknya suasana pemukiman itu.
Tapi dilain sisi dari kejauhan terlihat seorang pria tua renta dengan topi caping reot dan sebuah tongkat sebagai penahan kaki – kaki tuanya terbungkuk tergopohgopoh berusaha menapakan setapak demi setapak mengarungi rute perjalanan rutin dia setiap hari. Bocah-bocah desa sebelah bergerombol berpakaian kusut menggenggam sepotong kayu kecil berhiaskan beberapa tutup botol berhenti pada sebuah rumah dan dengan sangat polos menawarkan suara fals mereka pada lagu “Cari Jodoh” dari wali. Ibu-ibu bercaping dan berjarit tengah menggendong anak mereka yang sudah beranjak dewasa hanya bisa mengadahkan tangan kasar mereka.
Masih adakah tanggal 17 di bulan Agustus? Mungkin pertanyaan itulah yang saat ini pantas dan harus kita pertanyakan melihat pemandangan pada pagi itu. Tanggal 17 pastilah ada setiap bulannya, Tapi mengapa tanggal 17 identik dengan bulan Agustus? Semua warga Negara Indonesia atau bahkan warga Negara asing tau kalau hari itu adalah hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ketika itu proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah terjajah selama hampir 3,5 abad diproklamirkan ke segara penjuru negeri bahkan penjuru dunia. Hari itu sebagai tanda dimulailah kehidupan baru bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bangsa yang bebas.

Bebas? Merdeka? Aku pribadi jadi bingung dari sudut apa aku harus menilai sebuah kemerdekaan di masa ini. Banyak orang sudah berkata merdeka..tapi apakah pengemis tua, bocah-bocah pengamen, ibu pengemis juga merasakan kemerdekaan Indonesia ini? Bagi mereka mungkin tak terbesitkan sama sekali mengenai bingar-bingar perayaan HUT kemerdekaan RI setiap tahunnya, karena bagi mereka sesuap nasi adalah sudah dari cukup untuk mengartikan kemerdekaan itu.

Teman-teman, kita sebagai mahasiswa kaum penerus bangsa ini marilah kita merenung sejenak dan artikan kemerdekaan ini dengan bijak.



DIRGAHAYU 64th KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA

0 komentar:

Posting Komentar